Mp3 recording

Saturday, June 16, 2018

China 008 Yangsuo di malam hari

Night life at Yangshuo

Dengan naik Didi online taxi kami menuju Yangshuo, masih di propinsi Guilin juga, kira2 40 menit dari danau Rong.

Perlahan-lahan pemandangan kota yg ramai berganti dengan pemandangan pegunungan yg indah...Bukit-bukit hijau nan segar menyambut kedatangan kami...udara kota makin lama makin terasa segar dan sejuk. Kami tak sabar lagi ingin menjelajah kota Yangsuo ini.

Ini pertama kalinya kami melihat pegunungan atau mungkin lebih tepat disebut perbukitan dengan naik mobil dengan jarak yg amat sangat dekat dengan bukit2 tersebut. Bahkan beberapa rumah  bertingkat menempel di badan bukit.

Biasanya untuk naik ke gunung atau bukit, di kanan kiri jalan akan ada jurang yg dalam yg dipenuhi dg pohon2 yg tinggi, namun di sini sangat berbeda. Jalanan menuju bukit ini benar2 landai dan luas, amat sangat luas, dan seolah tidak mendaki, dan di kanan kiri jalan tidak terdapat jurang sekalipun.


Kami berkendara menuju serentetan bukit2, bukan hanya di depan tapi juga di kanan dan kiri jalan terlihat barisan bukit2 hijau dengan langit biru dan rantaian awan putih, sungguh luar biasa kombinasi yg indah.

Kota Yangshuo sendiri hanyalah sebuah kota kecil di tengah2 bukit2 yg mengelilinginya. Di sinilah hotel kami dan inilah pusat makanan, pub, dan toko2 suvenir.

Malam itu kami mencoba kuliner dg makanan Chinese muslim. Makanan yg sifatnya non-babi ini tentu saja harganya lebih mahal karena tidak umum di sana.

Cici penjualnya mengenakan jilbab, sambil menyuapi anaknya, ia mempersilakan kami masuk dan memilih dari menu. Kami memilih beberapa menu mie dengan daging sapi. Meski harganya agak mahal namun porsinya cukup banyak. Sayangnya karena daging sapi pastinya mahal, topping dagingnya bisa dihitung dg jari tangan. Hahaha...tidak apa yg penting porsi mie nya besar dan kuahnya sedap sehingga bisa kenyang dan menghangatkan badan kami.


Malam hari di sana sangat meriah dg suara lagu mandarin yang bercampur dengan suara2 musik disko di pub yang etalasenya memajang wanita2 yg menari2 dengan baju ala kosway dengan kostum berekor panjang dan rambut wig berwarna biru atau pink.

 Toko2 penjual makanan juga mencoba menarik perhatian pengunjung dengan kostum China yg didominasi dg warna merah marak yg menyolok yang dikenakan oleh para model mereka. Mereka berjoged sambil memperlihatkan bagaimana mereka mengolah makanan kecil dan menumbuk enting-enting ataupun mencincang cabe merah buatan toko mereka. Semua pengunjung sangat senang dan ikutan menari mengikuti irama musik, sambil bergilir mencoba-coba ikutan menumbuk enting-enting atau semacam getuk atau dodol.






Suasana sangat meriah dan ramai, dengan lampu warna-warni yang menghiasi toko, dan berjuntai dari atas ke bawah...pohon-pohon pun berkelap-kelip bersinar dan membuat danau dan jembatan yg melintas di atasnya terlihat berwarna-warni merah,kuning, hijau,biru ataupun ungu.


Bau cumi dan ikan bakar juga mengundang selera. Penjual memajang kaki gurita yg panjangnya mencapai 40 cm dg tusukan sate. Dan para pembeli bisa memilih sate bakso, sosis, ikan atau gurita dan aneka sayuran hijau.

Para pegawai resto juga dengan ramah menawarkan makanan mereka... seperti kuotie rebus, panggang, dan ikan beer, dan ada juga makanan india dan western.

Beberapa toko menjual teh 5 bunga, teh luo han, teh bunga dan berbagai arak China buatan Guilin yang busa menghangatkan badan memerangi dinginnya kota Yangshuo. Dengan senyum yg ramah penjual toko pun mempersilakan kami mencicipi teh bunga yg wangi yg dijual di tokonya tersebut sambil menjelaskan keunikan teh yg dijualnya.

Ada juga sebuah toko dompet dan tas yg ramai pengunjung, di depan tokonya memajang pengrajin dompet sehingga para pembeli bisa melihat sendiri bagaimana dompet2 ini dibuat. Yang membuat dompet2 ini spesial adalah karena cover kulitnya dihiasi objek wisata yg terkenal khas Guilin.

Tunggu... lihat... ada juga kedai makanan yg  pemiliknya rasis dan berprasangka dan tidak segan2 menunjukkannya di papan namanya. Sangkin ga percayanya karena itu kami pun foto kedai ini. Tapi kami tidak mau makan di kedai ini, apalagi karena anakku suka banget dengan film Jepang dan bahasa Jepang. Di era globalisasi ini masih ada juga ya yg berpikiran picik...sayang sekali.
Kepingin coba makanannya tapi karena tulisannya ga berkenan di hati akhirnya kami membatalkannya.

Tak disangka setelah kami berjalan lagi kami menemukan gerobak yang menjual makanan yg sama. Penjualnya ramah sekali.
Nah ini dia foto makanan yg bikin kami penasaran... wah...rupanya sedap sekali... apalagi bagi yg suka daun kucai... Sampai kami balik lagi esok harinya utk makan roti goreng ini.
Ini bungkus makanannya

Nah ini tampilan makanannya, bentuknya sebenarnya bundar...

Sementara kami berjalan lagj ke depan jalan tersebut, kami mendengar suara lantang dari mikrofon di sebuah toko yg dikerumuni orang-orang. Rupanya di sini terjadi lelang beberapa lukisan dan kaligrafi yang maknanya sangat dalam sehingga dijual dg harga jutaan.

Tak terasa malam makin larut dan beberapa toko mulai tutup dan kami pun harus pulang ke hotel utk beristirahat.

Sungguh pasar malam yg cukup berkesan yg mengantar kami tidur dengan nyenyak.









No comments:

Post a Comment